Anis enggano (Geokichla leucolaema) adalah burung keluarga Turdidae yang hidup eksklusif di Pulau Enggano, bagian dari Provinsi Bengkulu. Endemisitas ini membuatnya menjadi ikon biodiversitas setempat sekaligus satwa yang harus sangat diperhatikan. Dengan sebaran yang sempit, anis enggano sangat bergantung pada kualitas hutan hujan dataran rendah yang masih utuh. Tulisan ini merangkum ciri identifikasi, habitat, perilaku makan, ancaman, dan langkah konservasi yang bisa dilakukan—agar anis enggano terus berkicau di hutan Enggano.
Klasifikasi Anis Enggano
Hirarki Taksonomi
- Kingdom: Animalia
- Filum: Chordata
- Kelas: Aves
- Ordo: Passeriformes
- Famili: Turdidae (Burung Anis dan Murai)
- Genus: Geokichla
- Spesies: G. leucolaema
- Nama Ilmiah: Geokichla leucolaema
- Nama Inggris: Enggano Thrush
- Nama Indonesia: Anis Enggano
Sinonim Historis
Anis Enggano memiliki beberapa sinonim nama ilmiah yang pernah digunakan:
- Zoothera leucolaema (Salvadori, 1892)
- Geocichla leucolaema (nama lama)
- Chestnut-capped Thrush subspecies (klasifikasi tradisional)
Spesies ini pertama kali dideskripsikan secara ilmiah oleh Salvadori pada tahun 1892 dalam jurnal Annali del Museo Civico di Storia Naturale di Genova, volume 13, halaman 135. Lokasi tipe pendeskripsian berada di Bua-Bua, Pulau Enggano.

Ciri dan Identifikasi
Secara ukuran, anis enggano berada pada kisaran sedang khas “thrush”, dengan tubuh kompak dan kaki relatif panjang untuk bergerak lincah di lantai hutan. Warna cokelat kusam mendominasi punggung, sementara bagian bawah lebih pucat dengan tenggorokan keputihan yang memberi kontras halus. Pola warna yang tidak mencolok adalah strategi kamuflase alami, membantu Geokichla leucolaema berbaur dengan serasah daun.
Di lapangan, perilakunya pemalu dan berhati-hati. Ia lebih sering terlihat berjalan cepat lalu berhenti di lantai hutan—gerak “stop-and-go” sambil mengais serasah mencari mangsa. Vokalnya berupa siulan jernih berulang, paling sering terdengar pada pagi dan jelang sore. Untuk identifikasi non-visual, perekaman suara bisa membantu, namun tetap perhatikan etika: batasi penggunaan playback agar tidak mengganggu aktivitas burung.
Sebaran dan Habitat di Pulau Enggano
Sebaran anis enggano sangat terbatas: hanya di Pulau Enggano dan tidak ditemukan di daratan Sumatra. Habitat utamanya adalah hutan hujan dataran rendah dengan kanopi rapat dan lantai hutan kaya serasah. Struktur hutan seperti ini menyediakan pakan dan perlindungan dari gangguan.
Kunci kelangsungan Geokichla leucolaema adalah tutupan hutan yang terhubung. Fragmentasi yang memecah hutan menjadi petak-petak kecil dapat menghambat pergerakan, membatasi akses pakan, dan meningkatkan tekanan predator. Itulah mengapa penjagaan konektivitas antar petak hutan menjadi isu sentral konservasi di pulau kecil seperti Enggano.
Perilaku Makan dan Peran Ekologis
Sebagai thrush hutan, anis enggano merupakan omnivor oportunis. Ia memakan serangga kecil, larva, cacing tanah, serta buah-buah hutan berukuran kecil hingga sedang. Dengan kebiasaan mengais serasah, Geokichla leucolaema membantu mengaduk mikrohabitat lantai hutan, berkontribusi pada siklus hara dan kontrol alami beberapa jenis serangga. Saat memakan buah, anis enggano juga berperan sebagai penyebar biji, mendukung regenerasi tumbuhan bawah. Peran ganda sebagai pengendali serangga dan agen penyebar biji menjadikannya bagian penting dari jaring ekologi hutan Enggano.
Ancaman dan Tantangan Konservasi
Ancaman terbesar anis enggano adalah kehilangan dan degradasi habitat. Pembukaan lahan dan gangguan tepi (edge effect) menurunkan kualitas naungan, kelembapan, dan ketersediaan serasah yang dibutuhkan. Di pulau kecil, dampak fragmentasi terasa berlipat karena luas habitat yang memang terbatas.
Selain itu, predator introduksi seperti kucing liar dan tikus dapat meningkatkan predasi pada telur dan anakan. Tekanan lain berasal dari gangguan manusia: akses ke habitat inti, penggunaan playback berlebihan, hingga publikasi koordinat lokasi yang terlalu detail di media sosial. Kombinasi faktor-faktor ini memicu penurunan daya dukung habitat, yang pada gilirannya menekan populasi Geokichla leucolaema.
Langkah Perlindungan yang Disarankan
Upaya perlindungan anis enggano sebaiknya menitikberatkan pada:
- Menjaga hutan primer dan memulihkan petak terdegradasi untuk mengembalikan tutupan dan serasah lantai hutan.
- Memastikan konektivitas habitat, misalnya melalui koridor mikro yang menghubungkan petak hutan terpisah.
- Mengendalikan predator introduksi, termasuk program steril/adopsi kucing dan edukasi “keep cats indoors” bagi warga sekitar habitat.
- Etika pengamatan: batasi playback, jaga jarak aman, dan hindari menyebarkan koordinat lokasi detail anis enggano.
- Sains warga bertanggung jawab: dorong pengamatan burung (tanpa titik GPS presisi), sehingga tren populasi tetap terpantau tanpa membuka celah risiko.
Anis enggano bukan sekadar burung endemik; ia adalah simbol keunikan hayati Bengkulu. Kelestariannya membawa manfaat ekologis—mulai dari kontrol serangga alami hingga penyebaran biji—yang memperkuat ketahanan ekosistem hutan. Dari sisi edukasi dan ekonomi lokal, Geokichla leucolaema mendukung ekowisata minat khusus yang etis dan berkelanjutan. Dengan narasi konservasi yang tepat, Enggano dapat menjadi contoh praktik perlindungan satwa endemik yang memberi manfaat nyata bagi warga.
Baca Juga:
Rafflesia Arnoldii: Bukan Satwa, Tapi Bunga Langka yang Menarik Satwa
